Seri Berbagi
oleh Nur Adi Septanto pada 19 Juni 2010 jam 20:13
"PANDANG SEPULUH TAHUN LAGI"
Judul tulisan di atas adalah penggalan pesan Ustadz Muhammad Nurkholis Ridwan yang cukup menarik. Disampaikan kepada hadirin dalam acara Malam Pembekalan Akhir Santri Kelas VI Pesantren Persis Bangil, Kamis 17 Juni lalu. Wa bil khusus memang untuk membekali para santri yang segera merasakan kehidupan 'nyata' di tengah hegemoni peradaban materialistis.
Sepuluh tahun lagi eksistensi kita terbukti. Ya. Secara tidak langsung ini juga pesan begitu mendalam bagi saya. Karena saya telah memasuki tahun kesepuluh pasca pendidikan pesantren tahun 2000 yang lalu. Saya inget betul, waktu itu tema perpisahan kami adalah "Leaving on a jet plane". Amat mengharukan sesaat sebelum acara dilaksanakan.
Tangis pecah justru sebelum moment pelepasan itu terjadi. Subhanallah.
Satu demi satu teman-teman saya cukup berperan setelah 10 tahun meninggalkan bangku pesantren. Sebut saja Ustadz Rahmatullah di Makassar yang membina Panti Asuhan dan Pesantren. Ada juga Ustadz Agus Supriyanto yang dulunya seksi konsumsi, sekarang pun masih jadi seksi konsumsi di Dar Al Aytam muhsiniin Qatar di Banda Aceh. Ada Ustadz M. Habibi, sukses dengan ilmu telematika di Gresik. Adik kandungnya pun bergerak di bidang yang sangat berdekatan. Rental komputer dan pengetikan dilakoni Ustadz M. Abdurrochim yang akrab disapa Ochim. Ada juga Ustadz Eko Purwohadi yang baru saja menimang 'thole' pertamanya di Tuban. Alhamdulillah . . .
To be continued . . .
Judul tulisan di atas adalah penggalan pesan Ustadz Muhammad Nurkholis Ridwan yang cukup menarik. Disampaikan kepada hadirin dalam acara Malam Pembekalan Akhir Santri Kelas VI Pesantren Persis Bangil, Kamis 17 Juni lalu. Wa bil khusus memang untuk membekali para santri yang segera merasakan kehidupan 'nyata' di tengah hegemoni peradaban materialistis.
Sepuluh tahun lagi eksistensi kita terbukti. Ya. Secara tidak langsung ini juga pesan begitu mendalam bagi saya. Karena saya telah memasuki tahun kesepuluh pasca pendidikan pesantren tahun 2000 yang lalu. Saya inget betul, waktu itu tema perpisahan kami adalah "Leaving on a jet plane". Amat mengharukan sesaat sebelum acara dilaksanakan.
Tangis pecah justru sebelum moment pelepasan itu terjadi. Subhanallah.
Satu demi satu teman-teman saya cukup berperan setelah 10 tahun meninggalkan bangku pesantren. Sebut saja Ustadz Rahmatullah di Makassar yang membina Panti Asuhan dan Pesantren. Ada juga Ustadz Agus Supriyanto yang dulunya seksi konsumsi, sekarang pun masih jadi seksi konsumsi di Dar Al Aytam muhsiniin Qatar di Banda Aceh. Ada Ustadz M. Habibi, sukses dengan ilmu telematika di Gresik. Adik kandungnya pun bergerak di bidang yang sangat berdekatan. Rental komputer dan pengetikan dilakoni Ustadz M. Abdurrochim yang akrab disapa Ochim. Ada juga Ustadz Eko Purwohadi yang baru saja menimang 'thole' pertamanya di Tuban. Alhamdulillah . . .
To be continued . . .
- Wardatul Muniroh Semoga di sepuluh thn mendatang sy merupakan slh satu org yg di banggakan dan dpt mnjd panutan yg baik. . .
Amien. .20 Juni 2010 jam 12:01 melalui Facebook Seluler · - Hamba KhiLaf iya ustadz..,swangarrr........
.......!memang santri lulusan persis klau udah lepas jadi orang swangar...kabeh termaksud kita ustads!! 20 Juni 2010 jam 20:07 · - Nur Adi Septanto wardah~ do the best. n u can if u think u can.21 Juni 2010 jam 0:50 melalui Facebook Seluler ·
- Zul Ibnu Hasly yuph,,wkt k rumah ust ahsin jg,,dibilangin 10 tahun lg kalian kesini jadi org sukses insyaAllah..
kok sma y 10 tahunx???hehe...
y mudahan z jdi kenyataan. aminn y Allah22 Juni 2010 jam 19:35 · - Wardatul Muniroh yupz....amien....semoga kita bisa menjadi seperti apa yang di harapkan oleh para ustadz.... ^_^22 Juni 2010 jam 20:02 ·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar