Seri Pojok Warteng
oleh Nur Adi Septanto pada 27 Mei 2010 jam 12:37
TUGAS MULIA
Pagi. Biar sudah tengah hari begini saya tetap katakan P A G I. Untuk sebuah motivasi di ruang 4x6 meter dengan penduduk sekitar 30-an anak. Sederhana saja, mereka yang sudah 'disandera' sejak jam 7 pagi di ruangan itu rasanya perlu ada 'palu' yang bisa mengubah ruang itu seolah penuh dengan bunga, segar, nyaman, dan gembira. Tidak mungkin saat menjelang jam makan harus menyuguhkan pidato berapi-api dengan narasi sejarah yang menghanyutkan pikiran hingga terlelap dalam kisah itu.
Lalu apa yang mesti disajikan di ruang yang jelas sejak pagi sudah dipenuhi dengan racikan tulisan,rumus, hafalan, dan sekarung tugas lainnya. Ah, pasti jam terakhir bakal jadi korban lagi kita. Catat lagi, catat lagi. Hafal lagi-hafal lagi. Huff . . . . cpk dh. Barangkali lengkap sudah penderitaan hari itu bagi sejumlah santri yang jenuh dengan rutinitasnya.
Hikmah
Sederhana saja. Hidup ini dinamika, maka memang harus bergerak agar muncul dinamika itu. Bentuk dinamika itu pun tergantung siapa yang mengelola ruang 4x6 itu. Kalau ia mampu dengan baik mengaturnya, bisa jadi ruang yang hanya 4x6 itu berubah menjadi lapangan sepak bola, tanpa harus bermain bola. Bahkan mungkin sampai menjelajah seisi dunia. Tergantung siapa yang mampu mengelola dengan kreatif. Dan jangan disangka bahwa di ruang yang sebenarnya cukup memadai itu ada yang tak kuasa mengaturnya dengan baik. Karena sempitnya ruang berpikir menyebabkan tidak ada gerak ekspresi dan menjenuhkan. Meski ruang itu dilengkapi gambar indah, kaligrafi, pesan motivasi, dan sederet aturan dan tata tertib. Jadi tergantung bagaimana mengelola dan mengendalikannya.
Pagi. Biar sudah tengah hari begini saya tetap katakan P A G I. Untuk sebuah motivasi di ruang 4x6 meter dengan penduduk sekitar 30-an anak. Sederhana saja, mereka yang sudah 'disandera' sejak jam 7 pagi di ruangan itu rasanya perlu ada 'palu' yang bisa mengubah ruang itu seolah penuh dengan bunga, segar, nyaman, dan gembira. Tidak mungkin saat menjelang jam makan harus menyuguhkan pidato berapi-api dengan narasi sejarah yang menghanyutkan pikiran hingga terlelap dalam kisah itu.
Lalu apa yang mesti disajikan di ruang yang jelas sejak pagi sudah dipenuhi dengan racikan tulisan,rumus, hafalan, dan sekarung tugas lainnya. Ah, pasti jam terakhir bakal jadi korban lagi kita. Catat lagi, catat lagi. Hafal lagi-hafal lagi. Huff . . . . cpk dh. Barangkali lengkap sudah penderitaan hari itu bagi sejumlah santri yang jenuh dengan rutinitasnya.
Hikmah
Sederhana saja. Hidup ini dinamika, maka memang harus bergerak agar muncul dinamika itu. Bentuk dinamika itu pun tergantung siapa yang mengelola ruang 4x6 itu. Kalau ia mampu dengan baik mengaturnya, bisa jadi ruang yang hanya 4x6 itu berubah menjadi lapangan sepak bola, tanpa harus bermain bola. Bahkan mungkin sampai menjelajah seisi dunia. Tergantung siapa yang mampu mengelola dengan kreatif. Dan jangan disangka bahwa di ruang yang sebenarnya cukup memadai itu ada yang tak kuasa mengaturnya dengan baik. Karena sempitnya ruang berpikir menyebabkan tidak ada gerak ekspresi dan menjenuhkan. Meski ruang itu dilengkapi gambar indah, kaligrafi, pesan motivasi, dan sederet aturan dan tata tertib. Jadi tergantung bagaimana mengelola dan mengendalikannya.
Muhammad Abdur Rochim persis doktrin yang ditanamkan para Marketing-Marketing papan atas...
27 Mei 2010 jam 19:05 ·
Isty Saswita Sumintadiredja kog q g dikirimin,k',,,
27 Mei 2010 jam 20:44 melalui Facebook Seluler ·
Bunga Wess ALchatiriet Rasax aq lg di dlm kelas hiks hiks hisk, aq terharu
20 Juni 2010 jam 6:05 melalui Facebook Seluler ·
Nur Adi Septanto Masa-masa itu tak terulang. Melainkan hikmah yang begitu panjang (bahkan sepanjang masa) dapat dirasakan kebaikannya.
20 Juni 2010 jam 8:20 · · 1 orang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar