Sabtu, 02 Juli 2011

DISIPLIN IBADAH

DISIPLIN IBADAH

oleh Nur Adi Septanto pada 31 Agustus 2010 jam 8:31
DISIPLIN BERIBADAH
Pengertian ibadah:
Yang berhak disembah hanya Allah SWT semata, dan ibadah digunakan atas dua hal;
Pertama: menyembah, yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena rasa cinta dan mengagungkan-Nya.
Kedua: Yang disembah dengannya, yaitu meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhahi oleh Allah SWT berupa perkataan dan perbuatan, yang nampak dan tersembunyi seperti, doa, zikir, shalat, cinta, dan yang semisalnya. Maka melakukan shalat misalnya adalah merupakan ibadah kepada Allah SWT. Maka kita hanya menyembah Allah SWT semata dengan merendahkan diri kepada-Nya, karena cinta dan mengagungkan-Nya, dan kita tidak menyembahnya kecuali dengan cara yang telah disyari'atkan-Nya.

Untuk menuju disiplin dalam beribadah seseorang perlu memahami beberapa hal berikut:

1. TUJUAN PENCIPTAAN JIN DAN MANUSIA
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al Dzariyat/ 51: 56)
Tidak ada tujuan lain dalam kehidupan ini selain mengabdi, tunduk, patuh, taat terhadap aturan dan petunjuk ALlah SWT.

2. TOTALITAS DALAM IBADAH
Hendaknya seorang hamba beribadah dengan hati dan jasadnya, khusyu’ dan merendahkan diri di hadapan Allah Yang Mahaesa, menghadirkan (dalam hati) betapa besar keagungan Allah, benar-benar merasa bahwa ia sedang bermunajat kepada Allah Yang Maha Menguasai dan Maha Menentukan. Yakni beribadah sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits.

“Artinya : Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya. Jika kamu tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu” [Lihat, Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Bayanul Iman wal Islam wa Ihsan…., penggalan dari hadits no.5 (9), 1/39]

3.IBADAH HINGGA DETIK TERAKHIR
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS Al HIjr/ 15: 99).
Ibadah dijalankan selama ruh ada di dalam raga. Ketika ibadah-ibadah tertentu tidak sanggup dilaksanakan tentu agama memberikan berbagai keringanan. Misalnya shalat yang tidak sanggup dikerjakan dengan berdiri, maka dibenarkan dengan duduk, dan seterusnya.

4. SELURUH AKTIVITAS ADALAH IBADAH
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am/ 6: 162)
Ibadah dalam arti yang seluas-luasnya adalah segala bentuk ucapan, perbuatan, maupun niat yang ditujukan hanya mengharap ridha Allah semata. Karena itu aktivitas apapun yang dijalankan, sepanjang sejalan dengan syariat-Nya akan dinilai sebagai ibadah.

5. IBADAH ADALAH HAK ALLAH SWT
Dari Mu'azd bin Jabal r.a, ia berkata, "Saya membonceng Nabi SAW di atas keledai yang dinamakan 'afir, lalu 'Beliau SAW bersabda, 'Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah SWT terhadap hamba dan apa hak hamba kepada Allah SWT? Saya menjawab. 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda,: 'Sesungguhnya hak Allah SWT terhadap hamba adalah bahwa mereka menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan hak hamba terhadap Allah SWT adalah bahwa Dia SWT tidak akan  menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehlah saya memberitahukan kepada manusia?' Beliau menjawab, 'Jangan engkau beritakan kepada mereka, maka mereka menjadi enggan beramal (Muttafaqun 'alaih).

Dengan memahami bebrapa hal di atas seseorang diharapkan benar-benar mewujudkan dirinya sebagai seorang hamba di hadapan-Nya. Karena kedisiplinan dalam beribadah lahir dari dalam diri, bukan sebuah paksaan. Ibadah yang dijalankan memang sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Agar dalam menerjemahkan diri di hadapannya tidak keliru. Dedikasi hidup hanya untuk mencari keridhaan-Nya. Wallahu a’lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar